...SELAMAT BERGABUNG DI BLOG PRIBADI SAYA...

Rabu, 09 Februari 2011

SAYA TERMASUK DALAM JENIS KEPRIBADIAN APA ?

KEPRIBADIAN KOLERIS KUAT

EMOSI KOLERIS KUAT
Berbakat pemimpin
Dinamis dan aktif
Sangat memerlukan perubahan
Harus memperbaiki kesalahan
Berkemauan kuat dan tegas
Tidak emosional dalam bertindak
Tidak mudah patah semangat
Bebas dan mandiri
Memancarkan keyakinan
Bisa menjalankan apa saja

KOLERIS KUAT SEBAGAI ORANGTUA
Memberikan kepemimpinan kuat
Menetapkan tujuan
Memotivasi keluarga untuk kelompok
Tahu jawaban yang benar
Mengorganisasi rumah tangga

KOLERIS KUAT DI PEKERJAAN
Berorientasi target
Melihat seluruh gambaran
Terorganisasi dengan baik
Mencari pemecahan praktis
Bergerak cepat untuk bertindak
Mendelegasikan pekerjaan
Menekankan pada hasil
Membuat target
Merangsang kegiatan
Berkembang karena saingan

KOLERIS KUAT SEBAGAI TEMAN
Tidakterlalu perlu teman
Mau bekerja untuk kegiatan
Mau memimpin dan mengorganisir
Biasanya selalu benar
Unggul dalam keadaan darurat

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KOMUNIKASI KELOMPOK

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Penelitian yang dilakukan oleh Siska,Sudarjo dan Purnamaningsih (2003)tentang kepercayaan diri dan kemampuan komunikasi interpersonal, menunjukkanbahwa konsep diri seseorang akan membentuk kepercayaan dirinya dan akanmempengaruhi kemampuan komunikasi interpersonalny. Hal ini didukung denganpendapat Brooks (dalam Rakhmat, 2004) yang menyatakan suksesnya komunikasiinterpersonal banyak tergantung pada kualitas konsep diri seseorang, positif ataunegatif, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengankonsep dirinya. Konsep Diri yaitu pandangan dan perasaan seseorang tentangdirinya. Pesepsi tentang diri ini bisa bersifat psikologi, sosial dan fisiologis.Rakhmat (2004) berpendapat, bila seseorang kurang percaya diri dan memandang dirinya rendah dalam masyarakat, maka dia pun akan mengalami
hambatan saat melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain.

Ada lima ciri orang yang yang memiliki konsep diri negatif yaitu: tidak tahan kritikan,responsif terhadap pujian, tidak pandai mengungkapkan penghargaan atau
pengakuan pada kelebihan orang lain, merasa tidak disukai orang lain, dan
pesimis. Sebaliknya, orang yang memiliki konsep diri positif ditandai dengan lima
hal, yaitu; ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah, merasa setara dengan
orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap orang
mempunyai berbagai perasan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya
disetujui masyarakat, serta ia mampu memperbaiki dirinya. Rakhmat (2004)
menambahkan bagaimana cara seseorang menghadapi orang lain dipengaruhi oleh
bagaimana ia memandang dirinya. Respon-respon interpersonal seseorang sering
merupakan refleksi dari kognisinya terhadap diri sendiri. Permasalahan utama
dalam komunikasi interpersonal adalah adanya rasa khawatir tentang respon atau
penilaian orang lain terhadap dirinya, yaitu mengenai apa yang disampaikan dan
bagaimana ia menyampaikannya.

Penelitian Fitzgerald (Somantri, 2006) menunjukkan bahwa reaksi dan
perlakuan keluarga serta lingkungan sosial disekitarnya merupakan salah satu
sumber frustasi bagi para penyandang tuna daksa, yang tidak jarang justru
berakibat lebih berat daripada cacat tubuh yang dialaminya. Keanekaragaman
pengaruh perkembangan yang bersifat negatif menimbulkan resiko bertambah
besarmya kemungkinan munculnya kesulitan dalam kemampuan komunikasi
interpersonalnya.

Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi antarpribadi, yaitu:
Karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Bila seseorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, mempelajari materi kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.
Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.
Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Untuk menumbuhkan percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu.
Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri (terpaan selektif), bagaimana kita mempersepsi pesan (persepsi selektif), dan apa yang kita ingat (ingatan selektif). Selain itu konsep diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan (penyandian selektif).

PENGARUH KERANGKA PIKIR TERHADAP KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

Kerangka berpikir berbeda dengan sekumpulan informasi atau hanya sekedar sebuah pemahaman. Lebih dari itu kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran selanjutnya.

Untuk mendapatkan sebuah kerangka berpikir akan suatu hal bukan sesuatu yang mudah, diperlukan suatu pemikiran yang mendalam, tidak menyimpulkan hanya dari fakta yang dapat terindra, atau hanya dari sekedar informasi-informasi yang terpenggal. Selain itu diperlukan sebuah pemikiran yang cerdas dan mustanir (cemerlang) akan setiap maqlumat tsabiqah (informasi ) yang dimilikinya dan berupaya dengan keras menyimpulkan sesuatu kesimpulan yang memunculkan keyakinan.

Saya ambil sebuah contoh, karena dengan contoh ini dapat dengan mudah kita memahami apa itu kerangka berpikir. Pada SMA saya memiliki sebuah teman yang banyak sekali membaca buku tentang konsep-konsep islam dan juga umum. Saya agak ‘terhibur’ (membuat saya tersenyum), setiap kali dia membaca sebuah buku dia akan dengan semangat menceritakan pemahaman dia sesuai dengan yang dia baca. Tetapi yang lucu bagi saya adalah, pemahamannya seakan ‘berubah-ubah’ sesuai dengan buku apa yang dia baca terakhir. Apa yang terjadi pada teman saya tersebut dikarenakan dia belum memiliki kerangka berpikir sehingga apa yang dia ketahui sebenarnya hanya penggalan-penggalan informasi. Walaupun begitu saya salut dengan dia karena dia memiliki wawasan yang luas, sayang tidak dibingkai dengan sebuah kerangka berpikir.

Seperti yang saya jelaskan diatas, kerangka berpikir adalah pemahaman yang paling mendasar yang mendukung pemahaman selanjutnya. Suatu tolak ukur yang paling mudah adalah apakah kita telah memahami pemahaman yang paling mendasar tersebut, atau pertanyaan sebelum itu, apakah kita telah mengetahui pemahaman apa yang mendasari pemahaman-pemahaman selanjutnya. Saya akan jelaskan dengan contoh lagi.

Ketika dulu saya belajar mengenai kimia di SMA pada kelas 1, saya benar-benar tidak memahami apa yang dimaksudkan oleh guru, sehingga mendapat nilai < 6 bukan suatu perkara yang aneh. kemudian pada kelas 2, secara ‘iseng’ teman saya mengajak saya tuk mengikuti olimpiade kimia, terima kasih buat teman saya tersebut. Pada soal-soal olimpiade ternyata saya mendapat sebuah pertanyaan yang lebih fundamental dan tidak terkesan ‘book oriented’ seperti di sekolah, tapi lebih bersifat analisis dan filosofis. Dari hal itu saya mulai menyadari ‘kerangka berpikir’ mengenai kimia. Sesungguhnya hampir semua konsep kimia seperti reaksi kimia, kesetimbangan, laju reaksi, larutan, pH, dll ditopang oleh konsep stoikiometri. Konsep Mol, atom keterkaitannya dengan ikatan-ikatan kimia antar atom dan molekul mendasari semua konsep-konsep kimia. Dari pemahaman yang baik mengenai kerangka berpikir kimia tersebut, membuat saya dapat dengan cepat mencerap informasi-informasi/konsep-konsep baru dalam hal kimia, dapat dengan mudah mengkaitkan konsep baru tersebut dengan kerangka berpikir yang telah terbentuk.

Walaupun begitu kerangka berpikir pada dasarnya adalah sebuah pemahaman, bisa jadi kerangka berpikir itu memiliki kekurangan dan ketidaksempurnaan. Pada saat olimpiade kimia di SMA, saya benar-benar ‘mentok’ dengan pembahasan mekanisme reaksi. Dengan konsep mol atau atom yang saya pahami sebelumnya, ternyata tidak bisa saya korelasikan sama sekali dengan konsep mekanisme reaksi. Sama seperti kita menyelesaikan permasalahan-permasalahan fisika klasik, maka konsep yang harus kita pahami untuk menciptakan kerangka berpikir adalah hukum-hukum newton, pengaruh gaya terhadap percepatan (F = ma) dan teman-temannya. Tetapi ketika masalah yang ditemukan kemudian adalah permasalahan fisika modern einstenian, dibutuhkan sebuah kerangka berpikir yang lain untuk menyelesaikannya.

Harus diingat kerangka berpikir pada dasarnya adalah sebuah pemahaman, layaknya sebuah pemahaman maka pemahaman tersebut dapat salah, kurang, atau tidak sempurna. Ini penting saya jelaskan, karena kadang terdapat orang-orang yang memiliki kerangka berpikir yang salah yang pada akhirnya melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang salah pula. Sebuah kerangka berpikir yang salah konsekuensinya akan semakin besar dibandingkan pemahaman yang salah, karena kerangka berpikir biasanya akan membentuk pola sikap dan pola pikir bagi yang memiliki kerangka berpikir tersebut.

Kemudian saya ingatkan pula kerangka berpikir itu layaknya sebuah pondasi pada sebuah rumah, pondasi tanpa atap, jendela, atau pintu sungguh suatu rumah yang tidak sedap dipandang, tidak dapat menaungi sang pemilik rumah, dan tidak memberikan kenyamanan. Atap, jendela, atau pintu dapat diibaratkan sebagai pemahaman-pemahaman turunan yang dihasilkan oleh kerangka berpikir tersebut. Semakin banyak ilmu/pengetahuan yang didapat dan dikaitkan dengan kerangka berpikir tersebut dan semoga diamalkan, maka semakin lengkaplah atap, jendela, atau pintu rumah tersebut. Tetapi sebaliknya banyaknya ilmu/pengetahuan tanpa didukung oleh kerangka berpikir yang kuat, bagaikan seorang penghuni rumah yang mewah tetapi selalu gelisah karena dia khawatir pondasi rumahnya akan hancur walau oleh sedikit goncangan.

Tetapi sangat sayang sekali, untuk menciptakan kerangka berpikir bagi saya membutuhkan waktu, fasilitas dan usaha yang cukup keras. Sedangkan tuntutan pendidikan saat ini justru tidak melihat hal tersebut, banyaknya materi yang harus dipahami dan hanya dalam waktu singkat ditambah dengan minimnya fasilitas baik alat maupun pendidik, menjadi suatu hal yang sangat…sangaaaat sulit bagi kebanyakan orang untuk menciptakan kerangka berpikir. Oleh karena itu banyak materi-materi kuliah yang dijalani hanya sebatas informasi jangankan membentuk sebuah kerangka berpikir, mengubah informasi tersebut menjadi sebuah pemahaman saja sudah syukur alhamdulillah.

Oleh karena itu kadang-kadang banyak orang memulai ‘belajar’ untuk menciptakan kerangka berpikir tersebut justru pada saat dia telah bekerja, karena pada saat bekerja dia bertemu fakta permasalahan secara langsung, dia coba kaitkan dengan teori-teori yang pernah dia pahami, kemudian dari beberapa kali usahanya menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut barulah dia mendapatkan pemahaman. Dari pemahaman-pemahaman yang didapatnya itu dia akan memikirkan sebenarnya apa yang mendasari permasalahan-permasalahan tersebut, maka terbentuklah kerangka berpikir dia mengenai permasalahan tersebut.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa ternyata kerangka pikir saya berpengaruh terhadap komunikasi kelompok.Karena dengan kerangka pikir lah sikap dan karakterkita akan terlihat. Dengan kerangka pikir yang matang dan kuat, maka kita akan mampu mengatur alur komunikasi kita dengan orang lain, wawasan yang kita miliki dapat membantu kita untuk terhubung dengan orang lain yang ada dalam kelompok yang sama atau kondisi yang sama.

Untuk itu, dengan kuatnya kerangka pikir yang kita miliki, maka kita akan menjadi orang yang memiliki prinsip dan pola panang yang tajam dalam melihat dan menyelesaikan sesuatu. Jadi, saking pentingnya kerangka pikir, maka kita dituntut untuk mempertajam kerangka pikir kita dahulu sebelum memulai komunikasi terhadap orang lain agar kita mampu memahami permasalahan yang dibahas dari sudut pandang manapun, sehingga wawsan kita juga semakin luas dan berpengaruh bai terhadap komunikasi kita.

GAYA KEPEMIMPINAN

PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan adalah perilaku untuk mempengaruhi seorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu. Kepemimpinan juga merupakan masalah social yag d dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dan pihak yang yang di pimpin untuk mencapai tujua bersama,aik dengan cara mempengaruhi,membujuk,memotivasi dan mengkoordinasi.
TIGA TEORI KEPEMIMPINAN WHITE AND LIPPIT
Raph White dan Ronald Lippitt dalam Winardi (2000) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu gaya yang digunakan oleh seorang pemimpin untuk mempengaruhi bawahan. Adapun gaya kepemimpinan tersebut adalah :
1.Gaya pemimpin yang otokratis yang didasarkan atas kekuatan pada tangan seseorang,
2. Gaya kepemimpinan demokratis hanya memberi perintah setelah mengadakan konsultasi terlebih dahulu dengan bawahan.
3.Gaya kepemimpinan laissez faire tidak pernah mengendalikan bawahaannya sepenuhnya.
kemudian gatto (dalam Salusu: 1996: 194) melengkapi menjadi empat, yaitu: direkatif, konsultatif, partisipatif, dan delegatif.
Gaya kepemimpinan banyak mempengaruhi keberhasilan seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku bawahannya. Istilah gaya secara kasar adalah sama dengan cara yang dipergunakan pemimpin di dalam mempengaruhi para pengikutnya. Kepemimpinan suatu organisasi perlu mengembangkan staf dan membangun iklim motivasi yang menghasilkan tingkat produktivitas yang tinggi, maka pemimpin perlu memikirkan gaya kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain.
Dengan demikian, kepemimpinan seorang pemimpin harus dapat menjalin hubungan pribadi yang baik antara yang dipimpin dengan yang memimpin, sehingga timbul rasa saling hormat-menghormati, percaya-mempercayai, saling tolong-menolong, dan rasa senasip sepenanggungan. Jadi, seorang pemimpin harus mampu berpikir secara sistematis dan teratur, mempunyai pengalaman dan pengetahuan serta mampu menyusun rencana tentang apa yang akan dilakukan.
Perilaku kepemimpinan atau leadership behavior tentu tidak dapat dilepaskan dari pembahasan tentang leadership style atau gaya kepemimpinan. Berbicara tentang kepemimpinan, orang cenderung berasosiasi tentang ungkapan klasik mengenai gaya kepemimpinan. Menurut Kusmintarjo dan Burhanuddin (1997-10) bahwa “Kepemimpinan itu situasional, artinya suatu gaya kepemimpinan dapat efektif untuk situasi tertentu dan kurang efektif untuk situasi yang lain. Ternyata gaya-gaya itu bervariasi adanya. Tergantung pada situasi kematangan bawahan (terpimpin) yang akan dibinanya.
Pada dasarnya, ada tiga gaya kepemimpinan seperti yang dikembangkan oleh Lewin, Lippit, dan White yaitu: Otokratik, Demokratik, dan Laissez-faire, kemudian dilengkapi menjadi empat, yaitu gaya direktif, gaya konsultatif, gaya partisipatif, dan gaya delegasi (Gatto, dalam Salusu, 1996).
Menurut Rustandi (1987:27-28) dijelaskan bahwa gaya kepemimpinan ada empat macam, yaitu:
1. Gaya Kepemimpinan Otokratis
Gaya ini kadang-kadang dikatakan kepemimpinan terpusat pada diri pemimpin atau gaya direktif. Gaya ini ditandai dengan sangat banyaknya petunjuk yang datangnya dari pemimpin dan sangat terbatasnya bahkan sama sekali tidak adanya peran serta anak buah dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.
Pemimpin secara sepihak menentukan peran serta apa, bagaimana, kapan, dan bilamana berbagai tugas harus dikerjakan. Yang menonjol dalam gaya ini adalah pemberian perintah.
Pemimpin otokratis adalah seseorang yang memerintah dan menghendaki kepatuhan. Ia memerintah berdasarkan kemampuannya untuk memberikan hadiah serta menjatuhkan hukuman.
Gaya kepemimpinan otokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala kegiatan yang akan dilakukan semata-mata diputuskan oleh pimpinan.
Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan otokratis adalah sebagai berikut:
• Wewenang mutlak terpusat pada pemimpin
• Keputusan selalu dibuat oleh pemimpin;
• Kebijakan selalu dibuat oleh pemimpin;
• Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan;
• Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahannya dilakukan secara ketat;
• Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran pertimbangan atau pendapat;
• Lebih banyak kritik dari pada pujian, menuntut prestasi dan kesetiaan sempurna dari bawahan tanpa syarat, dan cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman.

2. Gaya Kepemimpinan Birokratis
Gaya ini dapat dilukiskan dengan kalimat “memimpin berdasarkan peraturan”. Perilaku pemimpin ditandai dengan keketatan pelaksanaan prosedur yang berlaku bagi pemipin dan anak buahnya.
Pemimpin yang birokratis pada umumnya membuat keputusan-keputusan berdasarkan aturan yang ada secara kaku tanpa adanya fleksibilitas. Semua kegiatan hampir terpusat pada pimpinan dan sedikit saja kebebasan orang lain untuk berkreasi dan bertindak, itupun tidak boleh lepas dari ketentuan yang ada.
Adapun karakteristik dari gaya kepemimpinan birokratis adalah sebagai berikut:
• Pimpinan menentukan semua keputusan yang bertalian dengan seluruh pekerjaan dan memerintahkan semua bawahan untuk melaksanakannya;
• Pemimpin menentukan semua standar bagaimana bawahan melakukan tugas;
• Adanya sanksi yang jelas jika seorang bawahan tidak menjalankan tugas sesuai dengan standar kinerja yang telah ditentukan.

3. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
Gaya ini kadang-kadang disebut juga gaya kepemimpinan yang terpusat pada anak buah, kepemimpinan dengan kesederajatan, kepemimpinan konsultatif atau partisipatif. Pemimpin kerkonsultasi dengan anak buah untuk merumuskan tindakan keputusan bersama.
Adapun ciri-cirinya sebagai berikut:
• Wewenang pemimpin tidak mutlak;
• Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan;
• Keputusan dan kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan;
• Komunikasi berlangsung secara timbal balik, baik yang terjadi antara pimpinan dan bawahan maupun sesama bawahan;
• Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara wajar;
• Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan;
• Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan atau pendapat; Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan dari pada intruksi;
• Pimpinan memperhatikan dalam bersikap dan bertindak, adanya saling percaya, saling menghormati.

4. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Gaya ini mendorong kemampuan anggota untuk mengambil inisiatif. Kurang interaksi dan kontrol yang dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya ini hanya bisa berjalan apabila bawahan memperlihatkan tingkat kompetensi dan keyakinan akan mengejar tujuan dan sasaran cukup tinggi.
Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin sedikit sekali menggunakan kekuasaannya atau sama sekali membiarkan anak buahnya untuk berbuat sesuka hatinya. Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan Laissez Faire adalah sebagai berikut:
• Bawahan diberikan kelonggaran atau fleksibel dalam melaksanakan tugas-tugas, tetapi dengan hati-hati diberi batasan serta berbagai produser;
• Bawahan yang telah berhasil menyelesaikan tugas-tugasnya diberikan hadiah atau penghargaan, di samping adanya sanksi-sanksi bagi mereka yang kurang berhasil, sebagai dorongan;
• Hubungan antara atasan dan bawahan dalam suasana yang baik secara umum manajer bertindak cukup baik;
• Manajer menyampaikan berbagai peraturan yang berkaitan dengan tugas-tugas atau perintah, dan sebaliknya para bawahan diberikan kebebasan untuk memberikan pendapatannya;

Kamis, 23 Desember 2010

LEADER SANG INSPIRATOR

Jika bercerita tentang siapa sosok seorang leader yang dijadikan inspirator bagi kita, tentunya merupakan hal yang sangat menarik. Setiap orang pastinya memilii perbedaan dalam menentukan siapa orang yang dia jadikan inspirator leader dalam dirinya. Mungkin saja ayah, ibu, teman, ataupun orang-orang terkenal yang telah malang melintang di dunianya.
Tentunya alasan setiap orang untuk memilih sosok inspirator tersebut juga berbeda-beda. Ada yang memilih karena orang tersebut cantik, ganteng, kaya, dermawan, santun, dan masih banyak alasan-alasan lain yang menjadikan seseorang memilih siapa sosok yang dia jadikan leader dalam hidupnya.
Begitu pula saya, pastinya saya juga memiliki seseorang yang saya jadikan sosok leader dalam hidup saya. Dia adalah Ayah saya. Mungkin bukan hanya saya saja yang menjadikan Ayah sebagai leader dalam hidup. Setiap orang juga pasti secara tidak langsung menjadikan Ayah sebagai seorang laeder dalam hidupnya. Selain Ibu yang pastinya sangat berjasa dalam hidup kita, kita juga harus sadar bahwa Ayah adalah seseorang yang sangat berpngaruh dalam setiap langkah dan perubahan demi perubahan dalam hidup kita. Buktinya mulai kita dalam kandungan, kita lahir, sampi akhirnya kita dibesakan, peran Ayah ada;ah yang paling hebat. Ayah bekerja keras demi kelangsungan hidup anak-anak dan istrinya. Siang-malam tanpa kenal letih Ayah banting tulang untuk mencari nafkah demi keluarga yang dicintainya. Belum lagi jika istri dan anak-anaknya menuntut untuk dipenuhi segala keinginannya, Ayah akan berusaha untuk memenuhi keinginan tersebut karena Ayah merasa bertanggung jawab atas istri dan Anak-anaknya. Saya bangga pada Ayah, karena tubuh rentanya tidak menjadikannya malas untuk tetap bekerja. Ayah yang selalu mengingatkan saya untuk tetap menjadi anak yan pandai bersyukur atas segala nikmat yang telah Tuhan berikan dalam hidup ini. Ayah yang selalu mengingatkanku untuk selalu rendah hati kepada orang lain, Dan yang terpenting Ayah lah yang tidak pernah lupa menegur saya dikala saya lupa untuk menjalankan kewajiban saya sebagai seorang Hamba.
Jadi, dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih atas segala apa yang telah ayah korbankan dan persembahkan untuk kami anak-anaknya. Kami sadar bahwa apa yang telah Ayah berikan tidak akan bisa kami balas, namun kami hanya bisa berbakti dan mendoakan Ayah agar selalu dalam Lindungan-Nya dan diberikan selalu diberikan nikmat yang luar biasa oleh Allah SWT.
Amin Ya Rabb.......

Kamis, 09 Desember 2010

TUGAS MID SEMESTER (Komunikasi Interpersonal dan Kelompok)

1. Bagaimana teori Johari Window memandang konsep diri ?
Jawab :
Dalam memandang konsep diri, Teori Johari Window menggunakan konsep yang disebut sebagai “jendela Johari” sebagai perwujudan bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain yang digambarkan sebagai sebuah jendela. ‘Jendela’ tersebut terdiri dari matrik 4 sel, masing-masing sel menunjukkan daerah self (diri) baik yang terbuka maupun yang disembunyikan. Keempat sel tersebut adalah daerah publik, daerah buta, daerah tersembunyi, dan daerah yang tidak disadari. Yang dimaksud dengan daerah publik adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh dirinya dan orang lain. Daerah buta adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh orang lain tetapi tidak diketahui oleh dirinya. Dalam berhubungan interpersonal, orang ini lebih memahami orang lain tetapi tidak mampu memahami tentang diri, sehingga orang ini seringkali menyinggung perasaan orang lain dengan tidak sengaja. Daerah tersembunyi adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh diri sendiri tetapi tidak diketahui oleh orang lain. Dalam daerah ini, orang menyembunyikan/menutup dirinya. Informasi tentang dirinya disimpan rapat-rapat. Daerah yang tidak disadari membuat bagian kepribadian yang direpres dalam ketidaksadaran, yang tidak diketahui baik oleh diri sendiri maupun orang lain. Namun demikian ketidaksadaran ini kemungkinan bisa muncul. Oleh karena adanya perbedaan individual, maka besarnya masing-masing daerah pada seseorang berbeda dengan orang lain.

2. Apa bedanya konsep diri dengan dengan kepercayaan diri?
Jawab :
Perbedaan antara konsep diri dan kepercayaan diri adalah konsep diri merupakan sistem operasi yang menjalankan komputer mental, yang mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Konsep diri ini setelah ter-install akan masuk di pikiran bawah sadar dan mempunyai bobot pengaruh sebesar 88% terhadap level kesadaran seseorang dalam suatu saat. Semakin baik konsep diri maka akan semakin mudah seseorang untuk berhasil. Demikian pula sebaliknya. Sedangkan kepercayaan diri akan timbul ketika seseorang memiliki konsep diri yang baik. Karena dengan seseorang memahami konsep dirinya maka akan timbul kepercayaan diri pada dirinya. Hal itu disebabkan karena seseorang tau sejauh mana atau seberapa besar kemampuan yang ia miliki. Sehingga setiap dia melakukan aktivitas apapun apalagi yang berhubungan dengan orang lain maka dirinya akan terkontrol karena ada konsep diri yang menjadi acuannya.

3. Menurut Anda apa tujuannya berinteraksi dengan orang lain?
Jawab :
Sebagai manusia kita sangat membutuhkan interaksi, hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia adalah Zoon Politicon ( makhluk sosial ) yang membutuhkan interaksi satu sama lain. Interaksi itu dibutuhkan agar manusia bisa saling mengenal satu sama lain. Selain itu tujuan manusia berinteraksi dengan orang lain adalah agar manusia dapat mengenali dirinya. Karena untuk mengenali diri sendiri maka kita dapat melihatnya dari bagaimana sikap kita terhadap orang lain. Interaksi itu sendiri juga dapat digunakan sebagai cara kita bersilaturahmi dengan orang lain sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan yang Maha Esa.

4. Cari referensi bagaimana latar belakang mempengaruhi kerangka pikiran.
Jawab :
Faktor pengalaman dalam penelitian Libby (1985) dan Shaub (1996) menemukan bahwa seseorang yang berpengalaman mampu menghasilkan motivasi etika yang berperan sebagai penjelasan alternatif bagi penilaian dan keputusan yang lebih baik karena memiliki pengetahuan dasar dari pengalamannya.
Faktor situasional oleh Shaub (1996) yang diteliti adalah faktor yang mengindikasikan kepercayaan atau kecurigaan karena adanya komunikasi, informasi dan ketelitian yang baik (buruk) antara satu orang dan orang lain. Jika terjadi kualitas komunikasi buruk maka ada informasi yang disembunyikan atau terjadi kekeliruan, maka memungkinkan untuk mengkonfrontasikan orang lain untuk mendapat informasi tambahan.
Faktor disposisional bagaimana orang memandang orang lain dalam penelitian yang dilakukan oleh oleh Wrightsman (1962,1964,1966,1974). Faktor disposisional dalam penelitian ini terdiri dari kepercayaan pada pihak lain dan kemandirian. Faktor disposisional merupakan faktor yang ada pada diri seseorang merupakan faktor internal dan mengarah pada sifat pembawaan seseorang. Sifat ini yang masih bisa mempengaruhi rasa percaya seseorang yang berkaitan dengan motivasi, persepsi dan sikap.
Faktor pengalaman menurut Shaub (1996) terdiri dari lamanya seseorang berpengalaman, sedang faktor situasional dalam Shaub (1996) terdiri dari kualitas komunikasi,informasi dan ketelitian seperti yang di lakukan Kee & Knox (1970).
Faktor-faktor disposisional yang di teliti oleh Shaub sebagian besar mengembangkan penelitian Wrightsman (1974) terdiri dari kepercayaan kepada pihak lain dan kemandirian. Hasil Penelitian Shaub (1996) yang menunjukan bahwa pengalaman dan faktor-faktor situasional adalah berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat kepercayaan dari pada faktor-faktor disposisional.
(Referensi : http://eprints.undip.ac.id/18064/1/Tutik__Kriswandari.pdf)

5. Bagaimana sikap positif menunjang efektivitas komunikasi antar pribadi?
Jawab :
Sikap positif yang dimiliki seseorang akan berepengaruh terhadap komunikasinya kepada orang lain. Hal itu disebabkan karena dengan sikap positif maka akan memberikan hal positif pula pada cara seseorang untuk bersikap dan berkomunikasi kepada orang lain. Sikap positif yang Ia miliki tentunya dapat mengendalikan emosi dan cara berpikirnya. Memiliki sikap positif akan membuat seseorang memberikan aura positif pula kepada orang lain dan memberikan sikap yang positif pula kepada orang lain. Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi efektivitas seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain.


6. Jelaskan :
 Self Esteem :
…a positive or negative attitude towards a particular object, namely, the self
(Rosenberg, 1965 dalam Burns, 1982: 6)
Self-esteem is the disposition to experience oneself as competent to cope with the basic challenges of life and as worthy of happiness (Branden, 1994: 27)
The degree to which we perceive ourselves positively or negatively; our overall attitude towards ourselves. (Baron, Branscombe & Byrne, 2008)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa self-esteem adalah penilaian seseorang secara umum terhadap dirinya sendiri, baik berupa penilaian negatif maupun penilaian positif yang akhirnya menghasilkan perasaan keberhargaan atau kebergunaan diri dalam menjalani kehidupan.
 Self Disclosure :
Self disclosure atau proses pengungkapan diri yang telah lama menjadi focus penelitian dan teori komunikasi mengenai hubungan, merupakan proses mengungkapkan informasi pribadi kita kepada orang lain dan sebaliknya. Sidney Jourard (1971) menandai sehat atau tidaknya komunikasi antar pribadi dengan melihat keterbukaan yang terjadi dalam komunikasi. Mengungkapkan yang sebenarnya mengenai diri kita kepada orang lain yang juga bersedia mengungkapkan yang sebenarnya tentang dirinya, dipandang sebagai ukuran dari hubungan yang ideal.
 Etnocentrism :
Etnosentrisme adalah sikap atau kecenderungan membanggakan kelompok atau suku sendiri. Sedangkan kebalikannya, xenosentrisme, adalah sikap atau kencenderungan membanggakan kelompok atau suku lain (selain kelompok atau sukunya sendiri).
 Self Awareness :
Self-Awareness adalah kemampuan untuk memahami emosi diri sendiri secara tepat dan akurat dalam berbagai situasi secara konsisten. Bagaimana reaksi emosi di saat menghadapi suatu peristiwa yang memancing emosi, sehingga seseorang dapat memahami respon emosi dirinya sendiri dari segi positif maupun segi negatif.

7. Apa manfaatnya komunkasi antar pribadi?
Jawab :
Manfaat komunikasi antar pribadi adalah kita dapat saling mengenal karakter satu sama lain. Dengan memanfaatkan komunikasi yang intensif kita akan saling mengerti dan mengenal orang lain. Sehingga akan terwujud satu hubungan antar seseorang dengan orang lain.

Rabu, 01 Desember 2010

WHAT I WANT ????

1. Saya ingin lulus kuliah pada tahun 2012 dengan predikat CumLaude
2. Saya ingin kerja di kantor pajak pada tahun 2012 dengan jabatan sebagai Analisis Pajak
3. Saya ingin membuat SLB ( Sekolah Luar Biasa )
4. Saya ingin membuat sekolah khusus anak-anak tidak mampu dan para orang-orang yang buta aksara
5. Saya ingin memberangkatkan haji kedua orang tua pada tahun 2013
6. Saya ingin menikah pada tahun 2013 dengan ……….
7. Saya ingin membangun mesjid
8. Saya ingin memiliki rumah type 42 dengan 4 kamar bergaya minimalis, berwarna ungu, memiliki taman bunga, kolam renang, dan kamar spa.
9. Saya ingin memiliki mobil Honda Jazz warna ungu dengan interior serba pernak-pernik bergambar monyet.
10. Saya ingin memiliki usaha dibidang rumah kos khusus untuk wanita karir dan mahasiswa.
11. Saya ingin menurunkan berat badan hingga 20 Kg.
12. Saya ingin liburan di berbagai pelosok Negara bersama keluarga, teman, serta kekasih
13. Saya ingin memiliki sejumlah tanah yang luas di berbagai tempata-tempat yang strategis
14. Saya ingin menikah pada tahun 2013 pada tanggal 12 maret dengan yudianto syahrir
15. Saya ingin memiliki anak 2 orang cewek dan cowok.